PENUH HARU, WBP LAPAS KELAS I MEDAN BASUH KAKI IBU

Medan – “Sedalam apapun anda jatuh ke dalam kegelapan, seorang Ibu akan selalu datang menjadi sinar yang menerangi kehidupan”, mungkin ini adalah kalimat yang paling tetap untuk menggambarkan bagaimana besarnya cinta seorang ibu kepada anaknya. Sekalipun anaknya sudah begitu banyak melakukan kesalahan, seorang ibu memiliki beribu-ribu kata maaf untuk sang anak.

Hal ini lah yang diajarkan kepada Warga Binaan Pemasyarakatan Lapas Kelas I Medan, oleh Erina Wongso dari Yayasan Pelatihan Moralitas Budi Pekerti Bangsa Indonesia. Bekerjasama dengan Lapas Kelas I Medan sejak tahun 2013, Yayasan ini memberikan pengajaran dalam hal moralitas dan budi pekerti bagi para warga binaan, yaitu 5 (Lima) Rel Hubungan Kehidupan Manusia, yang salah satunya adalah Hubungan Antar Orangtua dan Anak.

Puncaknya, Jumat (9/9) dilaksanakan kegiatan Basuh Kaki oleh warga binaan kepada orang tua (Ibu), yang diprakarsai oleh Yayasan Pelatihan Moralitas Budi Pekerti Bangsa Indonesia, dan dikoordinir oleh Kepala Seksi Bimbingan Kemasyarakatan Lapas Kelas I Medan, Sahat Sihombing. WBP yang dimaksud adalah WBP yang sedang mengikuti pelatihan moralitas, yaitu ES (38) dan AR (20), yang sebelumnya orang tua dari masing-masing WBP tersebut sudah dihubungi oleh Tim untuk hadir di Lapas Kelas I Medan.

Suasana haru langsung menyelimuti kegiatan, dikala para warga binaan dengan penuh iklhas, membasuh kaki orang tua mereka, menyekanya dengan handuk, dan kemudian memeluk sambil mengucapkan kata maaf atas kesalahan yang mereka lakukan, sehingga harus mendekam menjalai hukuman di Lapas Kelas I Medan.

Erina Wongso, sebagai tenaga pengajar mengatakan, bahwa kegiatan ini dilakukan untuk merubah pola piker para warga binaan, dan menjalin kembali hubungan cinta yang mungkin sudah renggang antara mereka dan orang tua. “Orang tua dan anak memiliki ikatan batin.

Bagaimanapun dan apapun caranya, orang tua dan anak sangat sulit dipisahkan. Itu adalah pilar paling utama dalam kehidupan, yaitu hubungan Orang tua dan anak. Tidak ada aturan yang mengikat itu, tapi semua terjadi secara natural. Begitu dilahirkan, seorang anak akan sangat sulit dipisahkan dengan orang tuanya. Di era modern saat ini, miris rasanya melihat seorang anak tidak lagi memiliki sopan santun kepada orang tua, begitu juga dengan orang tua, bahkan tidak memiliki sedikit waktu untuk mengobrol dengan anaknya. Hal ini lah yang mendasari kami, mengajarkan kepada mereka (warga binaan) betapa pentingnya membangun hubungan baik dengan orang tua”, ujar wanita berketurunan tionghoa ini.

Pada kesempatan yang sama, Sahat Sihombing, selaku Kepala Seksi Bimbingan Kemasyarakatan yang mengkoordinir kegiatan ini, mengatakan ini merupakan satu kegiatan yang sangat berguna bagi para warga binaan. “Kami mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Pelatihan Moralitas dan Budi Pekerti Bangsa Indonesia, sudah mau menjadi bagian dari kami dalam memberikan Pendidikan dan Pelatihan bagi para warga binaan. Mereka bersedia melakukan ini tanpa imbalan sedikitpun. Ini merupakan suatu hal yang sangat positif, mengingat bagaimana dulunya para warga binaan ini, sebelum masuk ke dalam lapas, mungkin adalah orang-orang yang tersesat. Dan disini, melalui pelatihan ini, mereka kami bimbing kembali ke jalan yang benar, menjadi manusia yang benar, dan nantinya, setelah mereka selesai menjalani hukuman , mereka dapat menajadi manusia yang berguna”, timpalnya.
Kegiatan kemudian ditutup dengan foto bersama para pengajar dari Yayasan Pelatihan Moralitas Budi Pekerti Bangsa Indonesia, Jajaran Seksi Bimbingan Kemasyarakatan, para WBP dan Orangtua WBP yang hadir.

TIM HUMAS LAGUSTA

PENUH HARU, WBP LAPAS KELAS I MEDAN BASUH KAKI IBU

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *